Tag: imam syafi’i

  • Hikmah Bertahannya Kelima Mazhab

    Hikmah Bertahannya Kelima Mazhab

    Hikmah Allah swt. mentakdirkan bertahannya kelima mazhab: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Ja‘far ash-Shadiq di antara sekian banyak mazhab yang pernah mengisi relung peradaban Islam disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

    1. Kekuatan mereka dalam dasar-dasar akidah yang mendalam. Mereka adalah para imam umat yang sebenarnya, kemudian diwariskan kepada pengikutnya.
    2.  Masa kemunculan mereka berdekatan dan saling berhubungan sehingga satu mazhab bisa memanfaatkan mazhab lainnya dalam beberapa masalah.
    3. Kesamaan mereka dalam dasar-dasar yang dijadikan sebagai pijakan bagi sebagian besar masala-masalah syariah, yaitu al-Qur’an al-Karim, Sunnah, ijma“, dan qiyas. Sementara, perselisihan mereka tentang ditetapkannnya al-mashdlz’lz al-mursalalah, al istihsan, dan al-istishhab sebagai dalil bagi sebagian dan tidak bagi sebagian lainnya adalah persoalan metode istimbath yang tidak terlalu signfrkan dijadikan pokok perbedaan bagi pengikutnya.
    4. Para imam mazhab ini saling ber-hzumuzha (berbaik sangka). Tidak ada rasa dengki dan amarah di antara mereka. Karena dengki merupakan penyakit yang rawan dialami para ulama zaman sekarang.
    5. Para imam ini memiliki murid-murid yang mampu mewarisi kejujuran keikhlasan, cinta ilmu, dan mengajarkannya kepada orang lain dari guru-guru mereka. Mereka menghapalkan pendapat-pendapat dan rajin membukukan berbagai ilmu yang dipelajari, lalu mengajarkannya kepada orang lain. Inilah kunci ajaran para imam mazhab ini bisa awet terlestarikan dan terawat dengan baik hingga sekarang.

    Semangat mereka yang menakjubkan untuk menyampaikan dan menyebarluaskan ilmu, serta menuntun orang-rang ke jalan Allah swt. Ibadah, ‘suluk, dan zuhud mereka yang menakjubkan hingga mendapatkan tempat khusus dalam hati para ulama maupun orang awam pada zamannya.

    Para orang tua mewariskannya kepada anak-anak mereka hingga sampai kepada kita, generasi sekarang, dan untuk anak cucu kita kelak.

    Baca juga: Kaligrafi Bismillah yang Indah

  • Sekilas Pandangan Imam Syafi’i

    Sekilas Pandangan Imam Syafi’i

    Membandingkan Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan kecerdasannya serta kemampuannya mengembangkan fiqh iftirady atau fiqih pengandaian, maka Imam Syafi’i lebih dikenal memiliki nalar fiqih dinamis yang terus berkembang.

    Mungkin yang ikut membentuk karakter itu adalah episode hidup Imam Syafi’i yang gemar mengembara. Tidak kurang sejumlah kota pernah dilawatinya, seperti Madinah, Irak, Persia, Hirah, dan Ramallah Palestina, Yaman, Baghdad, dan Mesir.

    Seorang ahli fiqih yang memiliki kedalaman pengetahuan tentang hukum-hukum Islam, sejatinya adalah seseorang yang mampu memberdayakan Hadits dan ra’yun secara berimbang.

    Modal dasar bagi seorang yang pakar dalam hukum Islam adalah penguasaan al Qur’an-Hadits dan optimalisasi analisis intelektualnya. Imam Syafi’i seorang yang dinilai memiliki kombinasi kedua modal itu secara nyaris sempurna.

    Penjelajahan dan pengembaraan intelektual yang ditapakinya kian mengasah keterampilannya dalam mengoptimalkan nalarnya, terbiasa berdiskusi, menarik kesimpulan dengan tangkas, dan berdebat dengan elegan.

    Selain, pada waktu yang bersamaan, ia adalah seorang pakar dalam bidang Hadits. Gelar yang diterimanya dari
    masyarakat Mekkah dan yang kemudian juga ditegaskan oleh publik Irak sebagai sang Penopang Hadits atau Penolong Sunnah ( nashir as-Sunnah), cukup menunjuk-kan kapasitasnya di bidang ini.

    Dengan demikian, Imam Syafi‘i adalah sosok yang sanggup memadukan corak murni, namun terkesan kaku yang dimiliki ahli Hadits, dan ciri luwes dan cair, namun terkesan tidak memiliki ketegasan sikap yang dipunyai ahli rajiun.

    Ia adalah jembatan yang menghubungkan kedua kutub yang berseberangan tersebut. Pada posisi itulah Syafi’i berada, sebagaimana yang ditegaskan oleh Ahmad bin Hanbal, “Kami masih melaknat ahli ra’yundan mereka juga balik melaknati kami.

    Lalu, datanglah Syaii‘i yang mempersatukan kami semua.” Tidak berlebihan jika ditautkannya nama Syafi’i dengan ilmu ushul fiqih adalah seperti dilekatkannya nama Aristoteles dengan ilmu logika, atau al-Khalil bin Ahmad dengan ilmu ‘arudh.

    Baca juga:

  • Nasehat Imam Syafi’i Kepada Muridnya, Ulama, dan Pemimpin Tentang Dunia dan Akhirat

    Nasehat Imam Syafi’i Kepada Muridnya, Ulama, dan Pemimpin Tentang Dunia dan Akhirat

    Nasehat Imam Syafi’i – Siapa yang tidak tahu Imam Syafi’i? Salah satu imam besar yang tersohon namanya sampai ke penjuru dunia. Apakah Anda sudah tahu mengenai biografi Imam Syafi’i?

    Kalau belum tahu Anda patut membaca ini : Biografi Imam Syafi’i dan perjalanannya.

    Mutiara Hikmah Imam Syafi’i

    kura kura di laut
    unsplash.com | nasehat imam syafi’i

    Jika dipandang secara harfiah, hikmah memiliki makna tuturan yang selaras dengan kebenaran, falsafah, perkara yang benar dan lurus, pengetahuan, kearifan, serta lapang dada. Pada intinya, hikmah adalah pemahaman tertinggi yang menghubungkan manusia pada ranah hakikat.

    Akan tetapi, kata tersebut juga digunakan untuk menunjuk kepandaian dalam mengekspresikan perasaan lewat syair-syair gubahan. Maka, yang dimaksud dari hikmah Syafi’i adalah ucapan-ucapan sastrawi yang digubah oleh Imam Syafi’i yang mengandung kearifan mendalam.

    Syafi’i pang semenjak tumbuhnya segera bersentuhan dengan Bani Hudzail, guna memoles kemampuan berbahasa dan bersastra Arabnya, juga dikenal memiliki kalimat- kalimat bijak.

    Selain seorang imam, mujahid, pelantun Al-Quran dengan hidmat bersuara merdu, Syafi’i dan sastrawan. Imam Syafi’i juga dicatat sebagai seorang penyair.

    Diketemukan banyak kalimat-kalimat hikmah sang Imam yang bertebaran di kitab-kitab yang dikarangnya.

    Nasehal Imam Syafi’i Tentang Pengetahuan

    gambar aurora
    pixabay.com | nasehat imam syafi’i
    1.  Raihlah ilmu sebelum engkau memimpin. Jika telah berbalut kekuasaan, tertutup sudah jalanmu menuju perolehan ilmu.
    2. Pengetahuan lebih utama daripada shalat Sunah.
    3. Siapa yang menginginkan dunia hendaknya ia memiliki ilmunya dan siapa yang mendamba akhirat hendaknya ia memiliki ilmunya.
    4. Suksesnya mendulang pengetahuan bergantung pada keadaan yang serba kurang.
    5. Hiasan para ulama adalah taufik, perhiasannya adalah akhlak luhur, dan keindahannya adalah jiwa yang mulia.
    6. Seorang alim bukanlah yang ketika dihadapkan pada kebaikan atau keburukan lalu ia memilih kebaikan, akan tetapi yang ketika diperhadapakan pada dua buah keburukan ia sanggup memilih yang paling kecil reseikonya.
    7. Cukup seseorang dikatakan pandai kika kepandaiannya membuatnya terampil memindai seluruh keburukannya.
    8. Fakirnya alim adalah suatu pilihan, kala fakirnya orang bodoh adalah keterpaksaan.

    Nasehat Imam Syafi’i Tentang Jalinan Persahabatan

    gambar bebek bersahabat
    unsplash.com | nasehat imam syafi’i
    1. Bukan saudaramu jika engkau harus menjilat kepadanya.
    2. Siapa yang tulus menjalin persaudaraan, segala alasannya akan diterima, kelemahannya akan tertutupi, dan seluruh kesalahannya akan dimaafkan.
    3. Seorang yang menasihati saudaranya secara rahasia sungguh telah meriasnya, sedangkan seorang yang menasihatinya di hadapan orang lain bermakna tengah menjatuhkan dan mencederainya.
    4. Bersahabat dengan seorang yang tidak takut cela adalah noda di hari kiamat.
    5. Ada tiga hal yang jika disembunyikan seseorang, ia telah menzalimi dirinya sendiri : sakit yang disembunyikan dari dokter, hajat yang disembunyikan dari sahabat, dan nasihat kepada penguasa.
    6. Mengharap semu orang menyukaimu adalah suatu yang tidak mungkin terjadi. Tidak ada jalan untuk menghindari penilaian orang lain. Karenanya, cukuplah menyadari sepenuhnya kebutuhanmu, lalu tetapilah itu. Sementara orang lain, biarkan mereka dengan urusannya sendiri.
    7. Tiada kegembiraan menandingi indahnya berkumpul dengan sahabat, dan tiada kesusahan mengungguli jika harus berpisah darinya.
    8. Bergaul terlau lepas akan memetik sahabat buruk, sedangkan menarik diri dari pergaulan akan menuai permusuhan.

    Nasehat Imam Syafi’i Tentang Menuju Keindahan Jiwa

    gambar anak sedang bersyukur
    satujam.com | nasehat imam syafi’i
    1. Seorang yang tidak memuliakan dirinya dengan takwa, kemana lagi ia mencarinya?
    2. Seorang yang bertekuk-lutut kepada hasrat duniawi, pati rela diperbudak oleh ahli dunia.
    3. Para pemilik kemudian sungguh terbalut keletihan.
    4. Orang terbaik adalah dia yang tidak memandang dirinya baik dan orang termulia adalah dia yang tidak menyaksikan dirinya mulia.
    5. Angan-angan adalah pedang yang tengah terayun ke leher seseorang, sama persis dengan fatamorgana yang akan memperdaya orang yang memandang dan mengecewakan orang yang mendamba.
    6. Menaklukan fauna tidak sesulit menata jiwa manusia.
    7. Jika kusadari bahwa meminum air dingin akan mengkikis kemuliaanku, pantang aku melakukannya.
    8. Siapa yang berbusana kebatilan sungguh telah merenggut busananya sendiri.
    9. Welas asih adalah pajak dari kemuliaan.
    10. Siapa yang mendengar dengan telinganya menjadi pendongeng, siapa yang menyimak dengan hatinya menjadi tersadarkan, dan siapa yang menasihati dengan perilakunya menjadi seorang penunjuk jalan.
    11. Siapa yang menjadi hakim tanpa sikap fakir dialah penyamun sesungguhnya.

    Nasehat Imam Syafi’i Tentang Membebaskan Jiwa

    gambar burung terbang
    unsplash.com | nasehat imam syafi’i
    1. Allah menciptakanmu bebas, maka menjadilah bebas seperti Dia telah menciptamu.
    2. Sungguh, dusta seseorang yang mengklaim sanggup di dalam hatinya menyatukan cinta dunia dan cinta pada Sang Pencipta.
    3. Tiada yang lebih buruk bagi seseorang melebihi berbicara banyak, menyebarkan rahasia, dan memercayai semua orang.
    4. Amarah orang yang mulia terefleksikan pada perilakunya, kala emosi pada orang bodoh tampak pada mulutnya.
    5. Pustaka yang paling berguna adalah takwa, sedang yang paling berbahaya adalah permusuhan.
    6. Kala kebutuhan begitu bamual. mulailah dari yang paling mendesak.\
    7. Sepanjang seseorang tidak menertawakan kesalahan orang lain, kebenaran yang ditampakkan itu akan mengakar di hatinya.

    Nasehat Imam Syafi’i Tentang Merias Diri

    gambar semut mendorong air
    twitter.com | nasehat imam syafi’i
    1. Siapa yang menahan rahasianya, maka banyak kebaikan tengah berada dalam genggamannya.
    2. Sebab tiada yang dapat menggatuk tubuhmu sebaik dirimu sendiri, maka segala urusanmu tanganilah sendiri.
    3. Siapa yang dipancing emosinya namun tidak marah, dia adalah keledai. Namu, siapa yang dimintai maafnya, lalu tidak memaafkan, dia adalah setan.
    4. Bagaimana mungkin menyatakan zuhud dari dunia, seseorang yang tidak menyadari nilai akhirat; bagaimana bisa selamat dari dunia, seseorang yang tidak mengetepikan keserakahannya; dan bagaimana dapat selamat dari orang lain, seseorang yang tidak dapat menyelamatkan orang lain dari lidah dan tangannya; serta bagaimana sanggup mengucapkan tuturan hikmah, seseorang yang tidak mengharapkan Allah dengan ucapannya.

    Pujian Kepada Imam Syafi’i

    gambar tangan dengan embun air
    isigood.comjpg | nasehat imam syafi’i

    Dalam hal ini, Nabi Muhammad pernah menyebut tentang keutamaan seorang Quraisy yang meng isyaratkan Syafi’i, “Jangan meremehkan Qurais. sebab sungguh akan muncul darinya seorang alim yang pengetahuannya menyinari bumi, Wahai Allah, Engkau telah menjadikan warga Quraisy yang awal mencicipi derita dan susah, maka jadikanlah warga Quraisy yang belakangan mencecapi anugerah.

    Berikut adalah sejumlah pujian kepada Imam Syafi’i :

    1. Imam Imam Ahmad bin Hanbal mengucapkan perihal Imam Syafi’i. Pada setiap penghujung awal seratus tahun, Allah menghadirkan bagi umat Islam seseorang yang akan menebarkan Sunnah dan membenahi kekeliruan-kekeliruan menyangkut ajaran Nabi Muhammad. Saat kutelisik, maka pada seratus tahun pertama orang itu adalah Umar bin Abdil Aziz, dan Imam Syafi’i menempati posisi itu pada kurun abad hijriah yang kedua.”Di lain kesempatan Imam Ahmad bin Hambal berkata,

      “Syafi’i bagaikan matahari untuk dunia ini dan bagaikan pelindung untuk manusia”

    2.  Husain al-Karabisi menyanjung Imam Syafi’i, “Bertanyalah padaku mengenai sosok yang sanggup meletupkan gairah orang-orang untuk mendaras al-Quran, mengenali Sunnah, dan menyelami ijma’! Aku, dan mungkin juga orang selain diriku, bisa dikatakan sungguh belum mengakrabi al-Qur’an dan Sunnah, sampai kami menyimak ajakan Syafii berkaitan al-Qur’an Sunnah, dan konsensus yang dicapai oleh generasi ulama terdahulu.
    3. Amru bin Sawad berkata: “Demi Allah, keahlianmu dalam ilmu lebih hebat dari keahlianmu memahami”.
    4. Muzani, murid Syafi’i, berkata: “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih pemurah dari Imam Syafi’i.” Di lain kesempatan berkata: “Jika ada yang mampu mengeluarkan apa dalam hatiku dan apa yang dibayang-bayangkan perasaanku tentang perkara tauhid, tentu dia adalah Syafi’i.
    5. Sufyan bin ‘Uyainah berkata kepada Imam Syafi’i “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, tiada yang datang darimu kepada kami kecuali hal-hal yang kami suka.”
    6. Bisyr al-Marisi berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang jika dia termasuk ke dalam golongan kalian, niscaya kalian tidak akan dikalahkan. Jika dia menjadi musuh kalian, maka kalian akan ketakutan. Waspadalah kalian dengan sungguh-sungguh. Dia adalah Muhammad bin Idris asy Syafi’i.” Ia juga mengucapkan “Aku melihat seorang laki-laki di Mekkah yang memiliki akal separuh penduduk dunia (maksudnya Imam Syafi’i).
    7. Ketika Imam Syafi’i bermimpi melihat seseorang datang, lalu mengambil kitab beliau menyebarkan di udara, Imam Syafi’i mendatangi ahli tafsir mimpi. Ahli tafsir tersebut berkata : “Jika mimpimu benar, maka tak ada satu pun negeri di antara negeri Islam, melainkan akan dimasuki ilmumu.”
    8. Rabi’ bin Sulaiman berkta: “Aku pernah bermalam dan tidur di rumah asy-Syafi’i selama beberapa malam. Beliu tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit sekali,”

    Demikianlah nasehat-nasehat imam syafi’i dari buah karnyanya, semog bisa kita resapi ilmunya dan kita implementasikan di masyarakat.

    Baca juga:

    Nasehat Imam Syafi’i